Sabtu, 03 April 2010

Selasa, 30 Maret 2010

perempuan ikut mancing di perairan Nusa Barong

Perempuan (kok) ikut mancing ke pulau Nusa Barong? Ya gak masalah, wong zaman sekarang kan zamannya emansipasi, padahal untuk ke sana (pulau kecil nan indah itu), lumayan berat dan tidak gampang, maksudnya tidak segampang merampungkan ketika kita studi S-2 atau S-3 ha ha ha. Untuk ke pulau (yang tampak sedikit dari view kapal tsb), harus melewati pintu gerbang samudra Indonesia, berupa jalur kapal yang sempit, dengan ombak besar setinggi 2 meter..sedang di samping kiri (dari arah pelabuhan Puger)..terpampang ratusan bahkan ribuan karang tajam yang tertanam berdiri tegak...siap menghacurkan prau atau kapal yg melewatinya....(makanya kalo ke Pulau Nusa Barong, biasanya kita harus didampingi pemandu nelayan setempat, yang sdh biasa menjinakkan alur sempit pelayaran tadi, orang Jember menyebut: Pelawangan)...Jadi, kalo seorang cewek saja sudah berani dan sukses melewati Pelawangan, bagaimana dengan anda, yang katanya hobi mancing? Apa anda nggak malu? Makanya ayo mancing ke perariran Nusa Barong! Soal kandungan ikannya... woooow...dahsyat...dari ikan GT, Tenggiri, Kakap, Kerapu...hingga Marlin (bukan Marlin Kondang!) tersedia berlimpah...pah..tapi kalo ikan Kakap yang berlipstik..ya nggak adaaa... Salam Mancing Sehat!

hotspot pasirputih siap-siap berburu ikan Pengarat

Jumat, 21 November 2008

MANCING DI PERAIRAN BANYUWANGI-hasil survei tim Mancing itu Sehat- Christanto P Rahardjo

Pengantar dari si Empunya Blog "Mancing itu Sehat" dulu yaa..
Memancing (sekali lagi mancing ikan lho)termasuk olahraga dan hobi yang lebih mementingkan "perdamaian", persahabatan, keserasian dengan alam. Hebat kan? Olahraga mancing ini mampu memperlihatkan diri sebagai "jalan keluar" atau way out dari kemacetan psikis (kejiwaan) setiap individu manusia. Hebat lagi ya? Yang hebat bukan saya, dan bukan blog "Mancing itu Sehat" lho, tapi ya itu tadi si aktivitas memancing tersebut. Mungkin itulah sebabnya budaya memancing mampu menjawab "kerinduan" manusia terhadap misteri-misteri kesemestaan alam dan hidup itu sendiri. Hebat.. hebat..
Memancing dengan orientasi untuk mendukung kinerja konservasi laut adalah memancing dengan "format pengelolaan lingkungan". Artinya ya kurang-lebih, memancing ikan di laut dengan cara "seleksi" tidak bersifat massal. Tidak urakan lah! Jadi, saya anjurkan kepada para (oknum) mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta atau di Makassar yang hobinya berkelahi, tawuran (amit2lah wong sdh mahasiswa kok suka nawur!) supaya segera berganti hobinya itu, ke hobi mancing. Segera! Tapi ini ndak maksa lho, meskipun kalo nggak kepaksa ya kebangetan!
Sekarang, Bab Mancing di Perairan Banyuwangi.
Perairan Banyuwangi (sebuah kabupaten terluas di Jatim), secara geografis cukup unik. Karena perairan lautnya terjadi oleh proses percampuran "massa" air Laut Jawa dan Samudera Hindia (di selat Bali). Pertemuan massa air ini memberikan pengaruh yang besar terhadap konten dan keberadaan ikan di Selat Bali. Menurut Deddy Bahtiar (artikelnya "Estimasi Densitas Ikan Pelagis pada Musim Barat di Perairan Selat Sunda dengan Sistem Akustik Bim Terbagi" via Jurnal Penelitian UNIB Vol. V No.14, 1999) dibuktikan secara hidroakustik bahwa "pertemuan" massa air dari laut Jawa dengan Samudera Hindia selalu memberikan kontribusi yang besar terhadap kwantitas ikan.
Lokasi pemancingan di sini belum dioptimalkan oleh para pemancing profesional (angler) lho. Padahal potensi perairan pemancingannya memiliki densitas atau sebaran ikan yang bervariatif. Potensi pemancingan dan wisata laut yang cukup prospektif di daerah Banyuwangi ini sepertinya terabaikan. Panduan atau pun peta petunjuk untuk menyinergiskan kinerja pemancingan secara konservasi(f) di perairan Blambangan ini sedikit sekali atau bahkan dapat dikatakan tidak ada.
Secara sederhana, maksudnya dengan kelengkapan sarana terbatas, saya bersama tim Lembaga Penelitian Universitas Jember, berulangkali hunting lokasi sejak tahun 2000 (mencari hotspot) pemancingan yang murah, nyaman, aman di sekitar perairan Banyuwangi. Dan kami menemukan lokasi di kawasan Donosuko, Kecamatan Kabat-Banyuwangi. Perairan ini terletak di Samudera Hindia. Jalan menuju lokasi mancing ditempuh selama 3 jam perjalanan mobil dari kota Jember, atau 1,5 jam dari kota Banyuwangi. Kondisi jalan rata-rata bagus dan mulus. Selama 5 hari berlayar-ria kami mendapatkan sejumlah kontribusi sebagai berikut:
1. Lokasi areal pemancingan di perairan Timur Banyuwangi (Donosuko) cukup ideal untuk pemancingan konservasif; hal ini didukung adanya tradisi yang sangat positif dari komunitas nelayan/masyarakat setempat yang melarang secara tegas (sanksi yang berat) terhadap para nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan bahan-bahan kimia dan listrik.
2. Tidak dijumpai penangkapan ikan yang bersifat massal; hal ini dibuktikan dengan keberadaan jaring (payang) yang relatif berukukuran kecil.
3. Densitas ikan di perairan Donosuko menunjukkan frekuensi yang tinggi pada waktu pagi hari (sekitar pukul 04.00-08.00 wib) dan pada sore hari/malam (sekitar pukul 16.00-20.00 wib) pada kedalaman 25-67 meter. Densitas ini bisa dikatakan merata hampir di seluruh wilayah perairan selat Bali (Watudodol, Meneng, Ketapang, Muncar, Plengkung). Pada pagi menjelang siang ikan cenderung berada pada kedalaman 25-46 meter, siang hari "kumpulan" ikan berada pada kedalaman 67-88 meter, kemudian menginjak pada sore hari ikan-ikan mulai "naik" kembali pada kedalaman 25-67 meter, dan pada malam hingga dini hari eksistensi ikan cenderung menyebar merata pada seluruh kolom air, sedangkan pada pagi hari ikan "turun" pada kedalaman 46-67 meter.
4. Dukungan sarana dan prasarana transportasi dan akomodasi (terutama di daerah tujuan pemancingan) cukup tersedia kendati masih sangat minim dan sederhana. Sedang dukungan yang berkaitan dengan peralatan, asesoris, suku cadang pemancingan tidak cukup tersedia di lokasi (termasuk piranti keselamatan memancing di tengah laut).
5. Sejumlah jenis ikan pancingan yang banyak ditemui di sini antara lain Kuwe Gerong (Giant Trevally atau Caranx ignobilis), Layaran (Pasific sailfish atau Istiophorus platypterus), Barakuda (Barracuda atau Shpyraena barracuda), Cakalang (Skipjack tuna atau Katsuwonus pelamis), Tenggiri (Tangguigue atau Scomberomorus commerson), Kakap merah (Lucanus argentimaculatus atau Lucanus malabaricus), Lemadang (Dolphinfish atau Coryphaena hippurus).
SEGITU DULU YA, MAAF FOTO DAN GAMBAR2NYA NYUSULLLL (tapi pasti akan saya lampirkan foto-fotonya kok...) salam mancing!

Kamis, 20 November 2008

Mancing di Perairan Tapalkuda

Tapalkuda adalah sebutan daerah bagian timur Jawa Timur untuk wilayah untuk Kab. Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi. Tapalkuda bagian selatan meliputi Lumajang, Jember dan Banyuwangi. Wilayah ini berbatasan dengan samodra Hindia. Perairan di wilayah ini memiliki area mancing cukup bagus terutama untuk mancing model Pasiran, model mancing nimba (di atas bukit karang), jukungan (perahu kecil dengan 2 sd 4 pemancing), model payangan (perahu besar dengan 5 sd 15 pemancing). Sejumlah lokasi konsentrasi mancing pasiran terdapat di pantai Bambang Lumajang, pantai Paseban-Kencong Jember, pantai Kucur-Puger Jember, pantai Getem-Gumukmas Jember, pantai Papuma Watu Ulo Jember, Pantai Bandealit Jember. Sedang untuk mancing nimba (di atas bukit karang) hampir semua perairan selatan di Jember, Lumajang, Banyuwangi cukup tersedia cukup bagus.


Jenis ikan yang terdapat di sini rata-rata ikan Kakap merah dan putih, ikan Kue, Barakuda, Kerapu, Tenggiri, layur, Putihan, Pogot, Kacangan, Sipil, Bathak, Kuniran, Motobelor, ikan Pari dan Cakalang. Para pemancing biasa memakai umpan udang tambak, ikan benggol (ikan kecil-kecil yang banyak dijual di pantai Puger). Waktu ideal untuk mancing biasanya tanggal-tanggal muda kalender Jawa ( saat gelap bulan).



Untuk mancing model Jukungan atau Payangan biasanya di seputaran pulau Nusa Barong (pulau cagar alam) yang bisa ditempuh dari pelabuhan Puger selama 1 jam melalui daerah Plawangan. Di perairan pulau Nusa Barong merupakan hotspot sangat ideal untuk mancing model pasiran maupun untuk mancing air dalam. Sayang, wilayah ini masih kurang dipromosikan dan untuk mencapai ke wilayah pulau cantik ini tidak mudah. Karena harus melalui jalur sempit muara sungai Bedadung yang disebut Plawangan. Di Plawangan sering terjadi kecelakaan laut karena terjangan ombak yang dapat mencapai 3 meter lebih. Tapi, bagi pemancing yang sehat, yang memiliki peralatan keselamatan yang memadai, ya nggak boleh takut! Kebetulan saya berkali-kali melewati Jalur Maut ini tapi tetep selamat, segar bugar-gar... he he.. gak boleh takabur lho.. pokoknya doa jangan lupa lah.. Apalagi kalo ingat tarikan dan gaya menggondol ikan di parairan Nusa Barong wah.. jadi pemberani melewati Plawangan.... Ada yang tertarik mancing di pulau Nusa Barong? Bisa menghubungi saya kok.. gratis..tis tis.. Salam

Rabu, 19 November 2008

Selasa, 18 November 2008

Mancing di Rawa2 daerah Kabupaten Jember-Jatim


Sebetulnya yang disebut rawa2 di sini adalah semacam tanah bekas galian pasir (tambang pasir). Penggalian pasir yang dilakukan nonstop tersebut pada akhirnya mencapai titik tertentu, sehingga tanah mulai mengeluarkan sumber air (air tanah). Karena radius penggalian tanah yang begitu luas itu (rata-rata mencapai 0,5 hektar lebih), maka terjadilah rawa-rawa kecil yang cukup dalam (1 hg 3 meter). Rawa- rawa ini kemudian secara liar dihuni berbagai ikan, terutama ikan Mujaer, Nila, Bethok (orang Jember sering menyebut ikan "Biru"), ikan Gabus (ikan Kotok atau Berkong), Sidat (Oling), ikan Melem, ikan Bergis. Rata2 ikan tadi memiliki bobot berat antara 1 ons-2kg.
Rawa-rawa tersebut banyak terjadi di daerah Jember selatan, yang memang tanahnya sangat subur. Tanahnya selalu gembur hingga ke pesisir selatan. Jadi ya, kalau mau mancing gaya rawa-rawa ya anda harus ke daerah Jember selatan (terutama di kecamatan Ambulu, Wuluhan, Sumbersari, Kencong, Gumukmas). Sejumlah rawa saat ini telah disulap menjadi tempat pemancingan yang nyaman, bersih, indah dan aman.


Untuk umpan biasanya, para pemancing menggunakan telor semut angkrang (kroto), jangkrik, rekes (cere), lumut, ulat batu, ulat bambu, cacing tanah, cacing pohon pisang, orong-orong. Waktu yang paling sip untuk mancing adalah pagi pukul 07.00 sd 10.00 atau pukul 15.00 sd 17.00 wib. Umpan pancing juga dapat dibuat dari umpan buatan dari roti tawar, butter cookies, esense multi-rasa. Tarif mancing rata-rata (harian) Rp. 15.000, sd Rp. 50.000,-. Nah, itu info sementara dari Mancing itu Sehat. Saya sesegera mungkin akan meng-upload foto-foto tentang panorama rawa2 dan kandungan ikan2nya. Tunggu yaa. Pasti. Salam Mancing itu Sehat!
christanto2008@gmail.com